Banyak perempuan yang sangat beruntung karena bisa menikah dan mempunyai anak di usia yang ideal. Namun, jika Anda belum memasuki jenjang tersebut, tak perlu memaksakan diri. Misalnya, ingin segera menikah dan punya anak karena tak ingin mengecewakan orangtua. Berusaha boleh saja, tetapi jangan sampai keinginan mempunyai anak didorong oleh hal-hal berikut:
Anda menginginkan cinta tanpa syarat
Mempunyai anak membutuhkan komitmen bahwa Anda harus bekerja keras untuk mengasuhnya. Karena itu, memutuskan untuk hamil hanya karena Anda ingin seseorang mencintai Anda tidak menjadi penanda bahwa Anda akan mampu mengasuhnya. Lagi pula, cinta seorang anak mungkin tidak seperti yang Anda harapkan. Kelak Anda akan mendapati bahwa menghadapi tangisan, rengekan, dan pembangkangan anak akan menjadi tantangan yang sesungguhnya (tentu dalam makna yang positif).
Mempunyai anak membutuhkan komitmen bahwa Anda harus bekerja keras untuk mengasuhnya. Karena itu, memutuskan untuk hamil hanya karena Anda ingin seseorang mencintai Anda tidak menjadi penanda bahwa Anda akan mampu mengasuhnya. Lagi pula, cinta seorang anak mungkin tidak seperti yang Anda harapkan. Kelak Anda akan mendapati bahwa menghadapi tangisan, rengekan, dan pembangkangan anak akan menjadi tantangan yang sesungguhnya (tentu dalam makna yang positif).
Kehadiran anak akan menyelamatkan perkawinan Anda
Di luar dugaan Anda, mempunyai anak hanya akan menegangkan hubungan Anda, daripada memperbaikinya (jika perkawinan Anda memang bermasalah). Memang, melihat bayi yang sehat dan lucu bisa saja mengingatkan Anda dan pasangan bagaimana dulu Anda mengawali hubungan dengan penuh cinta. Namun, memiliki anak berarti bertanggung jawab dengan pengasuhannya, dan semua keputusan yang datang dari tanggung jawab itu. Semakin kuat dan semakin berkomitmen Anda dengan hubungan Anda, bayi lebih mungkin akan memperdalam ikatan Anda.
Anda lelah terus didesak orangtua
Pertanyaan dan desakan orangtua untuk menuntut kehadiran cucu memang berangkat dari niat yang baik: untuk melengkapi kebahagiaan keluarga. Tetapi, hal itu tidak mengubah kegelisahan dan tekanan yang Anda rasakan, bahkan mungkin akan menambahnya. Anda sebaiknya tidak mempunyai anak hanya untuk memuaskan keinginan seseorang. Meskipun ibu Anda ingin segera merasakan jadi nenek, dan melihat Anda memenuhi fantasinya itu, ia tidak akan bertanggung jawab dengan segala kerepotan (dalam arti positif) yang terjadi dengan kehadiran anak. Andalah yang harus bertanggung jawab.
Kejar setoran
Ketika usia sudah semakin merambat naik, bisa dimengerti jika Anda ingin segera mempunyai anak. Tetapi, itu berarti kita menyalahartikan kekhawatiran itu dengan dorongan yang sebenarnya untuk mempunyai anak. Keputusan untuk mempunyai anak itu tidak dapat diubah karena itu pastikan Anda memang benar-benar menginginkannya, bukan sesuatu yang harus Anda lakukan karena faktor usia. Jika satu-satunya hal yang membuat Anda menginginkan anak adalah rasa takut bahwa Anda mungkin menyesal karena tidak memiliki mereka suatu hari, mungkin ada baiknya Anda menunda dulu. Artinya, temukan dulu apa yang sebenarnya Anda inginkan.
Anda kesal karena ipar selalu jadi perhatian
Anda bisa saja menjadikan kompetisi sebagai motivator kuat untuk mengejar sesuatu. Tetapi, untuk masalah anak, dorongan secara bersaing itu jarang sekali positif. Mempunyai anak sendiri tidak akan mengubah situasi. Anda bisa saja mempunyai bayi, dan tetap saja diacuhkan saat kumpul-kumpul keluarga. Atau Anda tetap merasa anak Anda tidak menjadi cucu tercantik dibandingkan dengan cucu pertama dalam keluarga.
Di luar dugaan Anda, mempunyai anak hanya akan menegangkan hubungan Anda, daripada memperbaikinya (jika perkawinan Anda memang bermasalah). Memang, melihat bayi yang sehat dan lucu bisa saja mengingatkan Anda dan pasangan bagaimana dulu Anda mengawali hubungan dengan penuh cinta. Namun, memiliki anak berarti bertanggung jawab dengan pengasuhannya, dan semua keputusan yang datang dari tanggung jawab itu. Semakin kuat dan semakin berkomitmen Anda dengan hubungan Anda, bayi lebih mungkin akan memperdalam ikatan Anda.
Anda lelah terus didesak orangtua
Pertanyaan dan desakan orangtua untuk menuntut kehadiran cucu memang berangkat dari niat yang baik: untuk melengkapi kebahagiaan keluarga. Tetapi, hal itu tidak mengubah kegelisahan dan tekanan yang Anda rasakan, bahkan mungkin akan menambahnya. Anda sebaiknya tidak mempunyai anak hanya untuk memuaskan keinginan seseorang. Meskipun ibu Anda ingin segera merasakan jadi nenek, dan melihat Anda memenuhi fantasinya itu, ia tidak akan bertanggung jawab dengan segala kerepotan (dalam arti positif) yang terjadi dengan kehadiran anak. Andalah yang harus bertanggung jawab.
Kejar setoran
Ketika usia sudah semakin merambat naik, bisa dimengerti jika Anda ingin segera mempunyai anak. Tetapi, itu berarti kita menyalahartikan kekhawatiran itu dengan dorongan yang sebenarnya untuk mempunyai anak. Keputusan untuk mempunyai anak itu tidak dapat diubah karena itu pastikan Anda memang benar-benar menginginkannya, bukan sesuatu yang harus Anda lakukan karena faktor usia. Jika satu-satunya hal yang membuat Anda menginginkan anak adalah rasa takut bahwa Anda mungkin menyesal karena tidak memiliki mereka suatu hari, mungkin ada baiknya Anda menunda dulu. Artinya, temukan dulu apa yang sebenarnya Anda inginkan.
Anda kesal karena ipar selalu jadi perhatian
Anda bisa saja menjadikan kompetisi sebagai motivator kuat untuk mengejar sesuatu. Tetapi, untuk masalah anak, dorongan secara bersaing itu jarang sekali positif. Mempunyai anak sendiri tidak akan mengubah situasi. Anda bisa saja mempunyai bayi, dan tetap saja diacuhkan saat kumpul-kumpul keluarga. Atau Anda tetap merasa anak Anda tidak menjadi cucu tercantik dibandingkan dengan cucu pertama dalam keluarga.
Berpikir mempunyai anak membuat Anda tak egois lagi
Anda menyadari bahwa segala yang Anda lakukan selalu berpusat untuk kepentingan diri sendiri. Boleh saja Anda berusaha mengubahnya, tetapi jangan menjadikan anak sebagai alatnya. Mempunyai anak tidak dengan sendirinya membuat seseorang berkurang egoisnya. Justru hal itu bisa membuat seseorang yang selalu berpusat pada dirinya sendiri menjadi tidak bahagia karena terus berbagi perhatian. Berusaha meninggalkan sikap narsistik akan jauh lebih rumit daripada mengurus seorang bayi yang rewel. Anda harus bersedia mengalihkan perhatian dari diri Anda. Bukan berarti tak bisa dilakukan, tapi tidak semudah itu melakukannya.
Anda butuh merasa melakukan pencapaian
Banyak perempuan yang mengatakan hidupnya akan menjadi lengkap ketika sudah memiliki karier dan keluarga, terutama anak. Percayalah, lengkapnya hidup Anda sebagai perempuan tidak hanya ditentukan oleh kemampuan mempunyai anak. Sebaiknya, mulailah transisi menjadi orangtua dengan dasar emosional yang lebih kuat dan lebih aman.
Anda menyadari bahwa segala yang Anda lakukan selalu berpusat untuk kepentingan diri sendiri. Boleh saja Anda berusaha mengubahnya, tetapi jangan menjadikan anak sebagai alatnya. Mempunyai anak tidak dengan sendirinya membuat seseorang berkurang egoisnya. Justru hal itu bisa membuat seseorang yang selalu berpusat pada dirinya sendiri menjadi tidak bahagia karena terus berbagi perhatian. Berusaha meninggalkan sikap narsistik akan jauh lebih rumit daripada mengurus seorang bayi yang rewel. Anda harus bersedia mengalihkan perhatian dari diri Anda. Bukan berarti tak bisa dilakukan, tapi tidak semudah itu melakukannya.
Anda butuh merasa melakukan pencapaian
Banyak perempuan yang mengatakan hidupnya akan menjadi lengkap ketika sudah memiliki karier dan keluarga, terutama anak. Percayalah, lengkapnya hidup Anda sebagai perempuan tidak hanya ditentukan oleh kemampuan mempunyai anak. Sebaiknya, mulailah transisi menjadi orangtua dengan dasar emosional yang lebih kuat dan lebih aman.
No comments:
Post a Comment