Indonesia diharapkan pada 2015 mendatang akan mencapai angka pendapatan per kapita sebesar USD5000 per tahun. Sehingga bisa membuat Tanah Air bisa menjadi negara kelas menengah dunia.
Menurut pengamat ekonomi dari UGM, Sri Adiningsih tentu akan sangat baik sekali. Di mana Presiden menyampaikan pada 2011 angka per kapita sebesar USD3000 sudah dicapai.
"Angka lima ribu untuk pendapatan per kapita dalam setahun tentu akan membuat senang. Kalau Indonesia bisa mencapai angka itu, artinya kita menjadi negara kelas menengah dunia dalam kesejahteraan warganya dan artinya juga masyarakat Indonesia menjadi sejahtera. Tapi yang perlu diingat, angka segitu tidak mudah untuk dicapai," ujar Sri setelah memberikan pemaparan di Seminar Peran Perbankan Green Economy, di Semarang.
Kenaikan pendapatan per kapita dari USD3.000 ke USD5000 per tahun, mulai dari 2011-2014 berarti Indonesia sudah mencapai angka sekira 60 persenan. Padahal, itu merupakan pencapaian angka yang mustahil dalam lima tahun ke depan.
"Itu tidak mudah. Kalau pengelolaan ekonomi seperti sekarang ini bahkan pencapaian angka segitu akan sangat mustahil," beber Sri.
Maka dari itu, seharusnya pemerintah dan pihak-pihak terkait mau mengubah cara pengelolaan ekonomi saat ini. Sehingga dapat mencapai angka yang diangankan tersebut.
"Katakanlah perekonomian kita setiap tahun naik tujuh persen, maka dalam lima tahun baru mencapai angka 35 persen. Angka ini masih sangat jauh. Logikanya memang tidak mungkin, tapi semua itu tergantung peran pemerintah untuk mengelola perekonomian kita," tandasnya.
Apalagi, ditambahkannya, lima tahun belakangan ini, banyak usaha yang mengalami degradasi. Di mana seharusnya usaha mikro naik menjadi usaha menengah, lalu berkembang menjadi makro, tapi kondisi di lapangan banyak yang sebaliknya.
"Justru dari usaha makro menjadi mikro," imbuh Sri lagi, ketika ditanya mengapa pencapaian angka USD5000 per kapita pada 2015 masih sangat diragukannya.
Penyebabnya sendiri menurut Sri Adiningsih, dipengaruhi dari berbagai hal, termasuk infrastruktur yang tidak baik.
"Lingkungan bisnis yang kurang mendukung misalnya. Belum lagi kebijakan pemerintah yang bisa membantu dunia usaha untuk bisa mengambangkan bisnisnya, termasuk dari perbankan yang memberikan suku bunga yang tinggi sehingga membuat pengusaha sulit untuk meningkatkan daya saingnya,"
Menurut pengamat ekonomi dari UGM, Sri Adiningsih tentu akan sangat baik sekali. Di mana Presiden menyampaikan pada 2011 angka per kapita sebesar USD3000 sudah dicapai.
"Angka lima ribu untuk pendapatan per kapita dalam setahun tentu akan membuat senang. Kalau Indonesia bisa mencapai angka itu, artinya kita menjadi negara kelas menengah dunia dalam kesejahteraan warganya dan artinya juga masyarakat Indonesia menjadi sejahtera. Tapi yang perlu diingat, angka segitu tidak mudah untuk dicapai," ujar Sri setelah memberikan pemaparan di Seminar Peran Perbankan Green Economy, di Semarang.
Kenaikan pendapatan per kapita dari USD3.000 ke USD5000 per tahun, mulai dari 2011-2014 berarti Indonesia sudah mencapai angka sekira 60 persenan. Padahal, itu merupakan pencapaian angka yang mustahil dalam lima tahun ke depan.
"Itu tidak mudah. Kalau pengelolaan ekonomi seperti sekarang ini bahkan pencapaian angka segitu akan sangat mustahil," beber Sri.
Maka dari itu, seharusnya pemerintah dan pihak-pihak terkait mau mengubah cara pengelolaan ekonomi saat ini. Sehingga dapat mencapai angka yang diangankan tersebut.
"Katakanlah perekonomian kita setiap tahun naik tujuh persen, maka dalam lima tahun baru mencapai angka 35 persen. Angka ini masih sangat jauh. Logikanya memang tidak mungkin, tapi semua itu tergantung peran pemerintah untuk mengelola perekonomian kita," tandasnya.
Apalagi, ditambahkannya, lima tahun belakangan ini, banyak usaha yang mengalami degradasi. Di mana seharusnya usaha mikro naik menjadi usaha menengah, lalu berkembang menjadi makro, tapi kondisi di lapangan banyak yang sebaliknya.
"Justru dari usaha makro menjadi mikro," imbuh Sri lagi, ketika ditanya mengapa pencapaian angka USD5000 per kapita pada 2015 masih sangat diragukannya.
Penyebabnya sendiri menurut Sri Adiningsih, dipengaruhi dari berbagai hal, termasuk infrastruktur yang tidak baik.
"Lingkungan bisnis yang kurang mendukung misalnya. Belum lagi kebijakan pemerintah yang bisa membantu dunia usaha untuk bisa mengambangkan bisnisnya, termasuk dari perbankan yang memberikan suku bunga yang tinggi sehingga membuat pengusaha sulit untuk meningkatkan daya saingnya,"
No comments:
Post a Comment